Rabu, 20 Februari 2013

MAJAS


MAJAS, UNGKAPAN, DAN PERIBAHASA


A.  MAJAS
Majas (figurative language) adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembacanya. Secara garis besar, majas-majas tersebut terbagi ke dalam majas perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
1.    Majas Perbandingan
Majas perbandingan meliputi personifikasi, metafora, perumpamaan, dan alegori.
a.    Asosiasi (Simile)
Asosiasi (simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggapsama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti.
Contoh:
1.    Semangatnya keras bagaikan baja.
2.    Wajahnya bagai bulan purnama.
b.   Metafora
Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat.
Contoh:
1.    Dia dianggap anak emas majikannya.
2.    Perpustakaan adalah gedung ilmu.
c.    Personifikasi
Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh:
1.    Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
2.    Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.
3.    Majas Pertentangan
Majas pertentangan antara lain meliputi hiperbola, litotes, ironi, sinisme, dan oksimoron.
a.    Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh.
Contoh:
1.    Saya terkejut setelah mati mendengar perkataannya.
2.    Tubuhnya kurus kering setelah ditinggalkan olah ayahnya.
b.   Litotes
Litotes adalah majas yang ditujukan untuk mengurangi atau mengecil-mengecilkan kenyataan sebenarnya. Tujuannya antara lain untuk merendahkan diri.
Contoh:
1.    Kami berharap Anda dapat menerima pemberian yang tidak berharga ini.
2.    Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan anak dan istri.
c.    Ironi
Ironi adalah majas menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh:
1.    Bagus sekali rapormu, Andi, banyak benar angka merahnya.
2.    Rajin sekali kamu, lima hari kamu tidak masuk sekolah.
d.   Sinisme
Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung.
Contoh:
1.    Perkataanmu tadi sangat menyebakan. Kata-kata itu tadi pantas disampaikan orang terpelajar seperti kamu!
2.    Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!
4.    Majas Pertautan
Majas pertautan antara lain meliputi metonimia, sinekdoke, alusi, eufimisme, elipisis, dan inversi.
a.    Metonimia
Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau pembuatnya jika kita maksudnya adalah ciptaan atau buatannya. Bisa pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.
Contoh:
1.    Para siswa di sekolah kami senang sekali membaca St. Alisyahbana.
2.    Ayah baru saja membeli Zebra, padahal saya ingin Kijang.
b.   Sinekdoke
Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya ataupun sebaliknya.
Contoh:
1.    Paman saya mempunyai atap di Jakarta.
2.    Sekolah kami meraih juara satu dalam pertandingan bola basket  minggu lalu.
 c.    Alusi
Alusi adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada suatu tokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh:
1.    Banyak korban berjatuhan akibat kekejaman Nazi.
2.    Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri?
d.   Elipsis
Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh:
1.    Dia dan ibunya ke Tasikmalaya. (penghilangan predikat pergi)
2.    Lari! (penghilangan subjek kamu)
e.    Inversi
Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh:
1.    Paman saya wartawan. (Wartawan, paman saya.)
2.    Dia datang. (Datang dia.)
5.    Majas Penegasan/Perulangan
Majas perulangan terdiri atas pleonasme, klimaks, antiklimaks, retoris, aliterasi, antaklasis, repetis, paralelisme, dan kiasmus.
a.    Pleonasme
Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh:
1.    Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barangnya yang jatuh.
2.    Dukun itu menengadah ke atas sambil menengadahkan tangannya.
3.    Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri.
b.   Klimaks
Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin meningkat.
Contoh:
1.    Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil, berjejer memenuhi halaman rumah Pak Kades.
2.    Baik itu RT, kepala desa, camat, bupati, gubernur, maupun presiden, memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.
c.    Antiklimaks
Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menurun (melemah).
Contoh:
1.    Bapak kepala sekolah, para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan upacara.
2.    Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan Sang Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu.
d.   Retoris
Retoris adalah majas yang berupa kalimat tanya yang jawabannya itu sudah diketahui oleh penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikannya, untuk menyakinkan, ataupun sebagai sindiran.
Contoh:
1.    Siapa yang tidak ingin hidup bahagia?
2.    Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?
e.    Aliterasi
Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh:
1.    Dara damba daku, datang dari danau.
2.    Inilah indahnya impian, insan ingin ingkar.
f.     Antanaklasis
Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
1.    Karena buah penanya yang kontroversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
2.    Kita harus saling menggantungkan diri satu sama lain. Jika tidak, kita telah menggantung diri.
g.    Repetisi
Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan.
Contoh:
Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.
h.   Paralelisme
Paralelisme adalah majas eprulangan sebagaimana halnya repetisi, hanya disusun dalam baris yang berbeda. Biasanya terdapat dalam puisi.
Contoh:
1.    Sunyi itu duka
2.    Sunyi itu kudus
3.    Sunyi itu lupa
4.    Sunyi itu lampus
 i.      Kiasmus
Kiasmus adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus mengandung inversi.
Contoh:
1.    Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
2.    Dalam kehidupan ini banyak orang pintar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merasa dirinya pintar.
B.  UNGKAPAN
Ungkapan atau idiom, yaitu perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan sesuatu maksud dalam arti kiasan.
Contoh:
Ungkapan                    Makna
1.    Buah ratap                     = isi ratapan
2.    Buah baju                      = kancing
3.    Buah tangan                  = oleh-oleh, hasil karya
4.    Buah pikiran                  = pendapat
5.    Buah bibir                     = bahan percakapan
6.    Buah pena                     = karangan
7.    Buah hati                       = kekasih
8.    Buah pinggang              = ginjal
C.  PERIBAHASA
Peribahasa adalah kalimat atau perkataan yang susunannya tetap dan biasanya mengiaskan maksud tertentu.
Contoh:
1.    Menerka ayam di dalam telor.
                                 Memastikan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditentukan.
2.    Ayam dapat, musang pun dapat.
Berhasil menangkap pencuri berikut dengan barang-barang curiannya.
3.    Tangan mencencang, bahu memikul.
Siapa yang berbuat, dia yang bertanggung jawab.
4.    Mencabik baju di dada.
Menceritakan aib sendiri kepada orang lain.
5.    Ada uang, ada barang.
Bila memiliki banyak uang, maka akan mendapatkan barang yang lebih baik.
6.    Berjalan sampai ke batas.
Segala sesuatu hendaknya sampai kepada maksudnya.
7.    Bau busuk tidak berbangkai.
Fitnah yang tidak terbukti kebenarannya.